Sekali berarti
Sudah itu mati
....
(puisi lengkap dapat dilihat di sini)
Entah disadari atau tidak, kita terkadang sering kali melakukan hal yang bersifat seperti dua baris isi puisi Diponegoro-nya Chairil Anwar tersebut. Walaupun masing-masing orang akan memiliki perilaku berbeda setelah menyadarinya, kebanyakan akan seperti ini
1. Dari awal menyadari, dan melakukannya
Orang tersebut telah berpikir matang tentang untuk dan resiko yang akan didapat. Keuntungan lebih cenderung bukan untuk diri sendiri tetapi dipersembahkan pada objek lain. Mungkin juga dia beranggapan hanya memiliki satu kesempatan sehingga ingin memaksimalkan hal yang dia lakukan.
2. Dari awal belum menyadari, dan berhenti setelah menyadari
Orang tersebut pada awalnya cenderung berprinsip melakukan apa yang ada dihadapannya. Bersamaan dengan muncul faktor keputus-asaan yang melanda ditengah jalan atau sekedar opini dari orang lain akan kebodohannya melakukan hal tersebut, dia lalu berhenti sebelum berhasil. Orang seperti ini menurut saya akan berubah menjadi tipe nomor 2 atau nomor 1, setelah mencoba melakukan beberapakali mencoba melakukan gonta-ganti usaha. Karena dia akan tersadar akan faktor batasan seperti usia, waktu, ataupun kebutuhan; yang tidak mau diajak kompromi, walaupun perubahan itu sebenarnya sudah sangat terlambat.
3. Dari awal belum menyadari, dan tetap melanjutkan setelah menyadari
Tipe orang seperti ini sebenarnya merupakan tipe orang yang tangguh, akan semakin mantap melakukannya setelah menyadarinya karena yakin bahwa hal tersebut adalah apa yang dicarinya selama ini, tak gentar dengan resiko. Walaupun tak dapat dipungkiri dia akan sedikit merenung ditengah jalan sebelum melanjutkan kembali. Sama seperti tipe nomor 2, tidak sedikit pula yang mencemoohnya sebagai orang bodoh.
Tipe manakah anda? Puisi Chairil Anwar ternyata dapat menjadi bahan renungan ya.. Atau anda memiliki pendapat lain?